“Abda’uibismillahi warrahmani, wabirrahimi daimil ihsani
Falhamdulillahi qodimil al akhiri baqii bila takhawwuli”
Ketika saya duduk di salah satu serambi masjid, nadhom-nadhom di atas sayup-sayup terdengar di pojok-pojok pesantren. Anak-anak kecil dengan penuh gembira melantunkan, kadang dengan suara keras dan kadang pelan, tanpa lelah mengulang bait-bait dari kitab Aqidatul Awam tersebut. Persis seperti apa yang saya lakukan ketika seumuran dengan mereka.
Bagi kalangan pesantren terutama di pedesaan, kitab Aqidatul Awam amat popular dan familiar. Entah kapan kitab ini pertama kali masuk ke Nusantara, yang pasti kitab tipis berisi 57 nadhom/bait yang menjelaskan akidah dasar Islam ini sampai saat ini masih diajarkan di banyak pesantren, masjid-masjid dan mushalla-musahalla di Indonesia.
Kitab karangan Al-Alim Ahmad Al-Marzuqi al-Maliki al-Makki, seorang mufti Madzhab Maliki di Mekkah ini mempunyai karakter yang khas. Bentuknya berua nadhom atau bait berlarik dua baris yang ditulis dengan rima yang sama di setiap ujung syairnyasehingga mengasyikkan untuk dilagukan. Bagi kalangan yang baru belajar, bentuk tersebut juga sangat memudahkan untuk diingat dan dihafalkan.
Hal lain yang menarik adalah secara umum kitab ini berkaitan dengan sistem kepercayaan dalam ajaran Islam. Hal-hal yang wajib diketahui dan diyakini oleh setiap umat, baik berkaitan langsung dengan Allah maupun dengan utusan-utusannya (para rasul dan nabi).
Seperti 20 sifat Allah yang wajib kita ketahui, Maujud (ada), Qodim (telah ada sebelum adanya sesuatu), Baqqi (kekal abadi tanpa akhir) Mukhalafatul Lil Khalak (tidak ada sepadan seperti mahluk secara mutlak), Qaim (berdiri sesendiri tidak memerlukan sesiapa) Yang Maha Kaya, Wahhidun (yang Maha Esa), Hayyun (Yang Maha Hidup Tidak akan mati), Qoddirun (Yang Maha Berkuasa), Muriddun (Yang Maha Berkehendak), ‘Alimun (Yang Maha mengetahui segala sesuatu), Samii’ (Yang Maha Mendengar), Bashiir (Yang Maha Melihat), Muttakallim (Maha Berbicara). Dan selanjutnya Qudrah (berkuasa), Iradah (berkehendak), Sama’(mendengar), Bashor (melihat), Hayyat (hidup), Al-Ilmu (berpengetahuan), dan yang terakhir Kallam (bercakap) secara terus menerus.
Dalam kitab Aqidatul Awwam, sifat-sifat Allah memiliki sifat wajib yang harus ada bagi Allah SWT, pula sifat mustahil dan jaiz. Di samping bagi Allah, kitab ini juga menjelaskan sifat-sifat Rasul. Artinya bagi kita yang mengakui dan percaya terhadap Allah sebagai pencipta alam dan makhluk sudah seharusnya mengetahui dan mempercayai sifat-sifat tersebut sebagai akidah dan fondasi utama kita dalam beragama.
Dengan mengetahui dan percaya pada Allah dan utusan-utusannya, kemudian kita akan sepenuhnya berserah kepada Allah, dalam makna Islam yang sebenarnya (yakni patuh, berserah diri) bisa terwujud.
Belajar dengan Gembira
Bait-bait pertama dalam kitab Aqidatul Awam ini menjelaskan hal yang sangat penting dalam Islam. Tanpa mengurangi esensi makna apa yang ingin disampaikan, dunia pesantren punya caranya sendiri untuk mengajarkan ini kepada para santri sehingga menyenangkan untuk dilantunkan, mudah dipelajari dan lekat diingat.
Nadhom-nadhom kitab ini memiliki langgam yang sangat enak untuk disenandungkan bersama-sama. Tak jarang beberapa alat musik sekadarnya ikut disertakan untuk mengiringi, dan dengan penuh gembira pesan-pesan yang ingin disampikanpun dalam kitab ini merasuk dalam sanubari, menjadi keyakinan yang kuat dalam diri setiap orang.