Serat Karya Patih Yudonegoro (Sahabat Karib Pangeran Mangkubumi?)
Pada masanya, Amangkurat IV (1719-1726) memiliki seorang patih bernama Patih Adipati Cakrajaya — yang kemudian berganti nama menjadi Adipati Danureja. Dalam masa peralihan pemerintahan dari Amangkurat IV menuju pemerintahan Pakubuwono II (Raden Mas Prabasuyasa), terdapat polemik di dalam kerajaan. Pakubuwono II, yang saat itu masih berusia 15 tahun, berhasil naik tahta berkat bantuan VOC. Pangeran Arya Mangkunegara, putra sulung Amangkurat IV yang seharusnya menggantikan ayahnya, difitnah oleh Patih Danureja. Dituduh selingkuh dengan istri Pakubuwono II, ia dibuang ke Sri Lanka. Sedangkan alasan sebenarnya ialah karena Pangeran Arya Mangkunegara tidak mau tunduk dengan VOC dan memilih untuk memberontak. Pada masa pemerintahan Pakubuwono II (1726-1942), Patih Danureja menjabat dalam 4 tahun pertama. Setelah itu, patih diganti Adipati Natakusuma. Saat itu berlangsung peristiwa Geger Pecinan 1942. Akibatnya, Keraton Mataram dipindahkan dari Kartasura menuju Surakarta. Pangeran Mangkubumi, saudara kandung Pakubuwono II yang tak mau tunduk pada VOC, melakukan perlawanan terhadap tahta Mataram. Ia mengajak Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa), menantunya yang sekaligus anak dari Pangeran Arya Mangkunegara, untuk melawan Pakubuwono II dan VOC. Pada tanggal 20 Desember 1749, Pakubuwono II meninggal. Ia diganti anaknya yang bernama Raden Mas Soerjadi dengan gelar Pakubuwono III. Raja ini juga diangkat oleh VOC. Pada saat bersamaan, Pangeran Mangkubumi diangkat oleh rakyat pengikutnya sebagai Pakubuwono III dengan didampingi Raden Mas Said. Peperangan antar saudara pun terjadi hingga berakhir pada tahun 1755 dengan Perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti atau Palihan...
Baca lebih lajut