Kidung Rumekso ing Wengi: Doa Keterlindungan dalam Gelapnya Malam

Poster Kidung Rumekso ing Wengi Kaliopak

Beberapa peristiwa, seperti bencana alam, wabah penyakit, goncangan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, tidak selalu berdiri sendiri-sendiri secara terpisah, melainkan lebih sering justru saling berjalin berkelindan satu sama lain, kait-mengkait. Setiap peristiwa mesti bersifat multidimensional, tidak hanya secara empirikal tetapi juga spiritual.

Manusia bisa dan mesti memperhitungkan semuanya itu, untuk melakukan antisipasi, mengembangkan diri dan mencari solusi, tapi manusia (baik sebagai individu maupun sosial) juga punya banyak keterbatasannya sendiri: baik dari segi cara pandang, kondisi kejiwaan maupun kapasitas bertindaknya.

Oleh karena itu, mengiringi dan mendasari upaya-upaya yang bersifat lahiriah dengan segala kompleksitas dimensinya itu, perlu juga dilakukan usaha-usaha yang bersifat batiniah. Aspek ruhani ini menjadi lebih penting, karena banyak hal tidak bisa sepenuhnya dipahami dan diduga perubahan serta dampak-dampaknya. Upaya ruhaniah ini adalah dengan berdoa, dan lebih perlu lagi dilakukan secara bersama.

Semoga yang susah menjadi bungah
Senyum yang resah menjadi rekah
Dan kehidupan kita dipenuhi berkah
Alam menjadi gemah-ripah,
karena Tuhan sejatinya rahmah

“Kidung Rumekso ing Wengi” adalah untaian doa yang masyhur, pusaka peninggalan dari Sunan Kalijaga, yang menghadirkan spirit para Nabi dan wali-wali Allah dari kalangan sahabat, ke dalam diri, menyatu dengan unsur-unsur diri kita. Di dalam kemanunggalan tersebut, dengan segenap ketulusan, doa-doa dilantunkan sebagai mantra untuk menepis hal-hal yang buruk dan berbahaya dari lingkungan alam dan manusia, semoga itu menjadi sirna dan muncul hal-hal yang baik dan mensejahterakan dari alam dan manusia. (MA)

 

About the Author

You may also like these