FANA Padamlah sejenak kobaran hati api nestapa di sudut jiwa paling rahasia dunia matamu adalah maya kerajaan pikiranmu fana lukisan komedi dalam kanvas Ilahi. *** MENERBANGKAN DOA Dengan puisi ini aku menerbangkan doa pada pemilik masa darimana seluruh duka berasal dan menjadi kekal. Aku memohon dalam sekarat agar waktu tidak lagi melintas dalam lorong jiwa menahan mereka yang kucinta pergi dalam rapuh usia. Di kesunyian yang menyelinap dalam hari-hari pengap aku terus meminta agar dunia berhenti tumbuh dalam kebun hatiku melindungi kuncup bunga demi menemukan cahaya. Segala yang berjalan pun menjelma dalam waktu Sang Kuasa menggiringku untuk selalu singgah di rumah-rumah tanya. Hidup selamanya permenungan yang disetubuhi gairah dan buas peristiwa. Memasuki tanpa henti, tanpa mampu memilih. *** MALAM KUDUS Dunia menyala dalam lorong-lorong kepalaku sedang hatiku berjalan di padang pasir kesunyian. Betapa aku menjumpai duka pada tiap wajah kenikmatan tersingkap bagai malam di punggung senja. Di malam-malam kudus aku mendaki bukit kemurungan bersama jiwa para pengembara mencandu aroma maut dalam mulut waktu. Telah kularung masa lalu, harapan, dan segala palsu di lautan hampa. Aku pun tiada dalam samudera ada. Hidup adalah cakrawala sihir pertarungan demi seteguk keabadian. Sedang, di layar peristiwa Tuhan hadir dalam segala nama segala wujud. Dan air terjun mataku hanyalah kerinduan tak bertepi. Jakarta-Bogor, 2017